Baiklah Nak, kini akan Kuceritakan padamu tentang kehidupan dan kematian, dua hal yang menjadi dasar bagi bergulirnya siklus kesemestaan. Keduanya inti dari alam semesta. Tak ada alam semesta tanpa kehidupan, tak ada kehidupan tanpa kematian. Kehidupan dan kematian adalah perjalanan abadi dari keabadian alam semesta. Inilah kisah perjalanan mereka.
Sesaat ketika terjadi kekosongan semesta setelah masa kiamatnya, seketika itu pula Aku telah mengisinya kembali dengan dualitas pertama unsur alam semesta, yakni material dan spiritual yang memampatkan lagi diri mereka setelah sebelumnya tersebar. Dengan begitu, sesungguhnya tak pernah ada kekosongan mutlak di alam semestaKu ini melainkan hanya suatu jeda kosong di mana untuk ada lagi keterikatan di antara kedua unsur tadi.
Segera setelah dualitas semesta tadi memulai lagi penyatuan mereka sebagai proses penciptaan awal, maka kekosongan itu dengan sendirinya terisi kembali oleh kreasi semestaKu. Dari sini semuanya kembali ‘berawal’ untuk memulai siklus semestanya yang baru.
Dalam proses awal penciptaan kehidupan semesta ini, mulailah materi bergabung dengan materi lain menjadi wujud benda mati. Ketika saatnya tiba maka benda mati ini akan bergabung dengan Jiwa menjadi benda hidup untuk suatu rentang masa tertentu.
Kehidupan itu sendiri tak lain adalah keadaan ketika terjadi penyatuan antara apa yang hidup dan apa yang mati. Sedangkan, kematian adalah pelepasan antara apa yang hidup dari apa yang mati. Kehidupan dan Kematian inilah dualitas yang kedua dari alam semesta yang Kuciptakan dari unsur material dan spiritualKu. Mereka bergulir membentuk siklus abadi karena diputar oleh rantai penyatuan dan pelepasan yang silih berganti.
Di semesta ini, apa yang Kumaksud sebagai unsur yang selalu hidup adalah Jiwa, sedangkan unsur yang selalu mati adalah material alam semesta. Inilah kenapa Aku tidak pernah membatasi hidup dengan mati karena apa yang hidup akan selalu hidup. Aku tidak pula membatasi mati dengan hidup karena apa yang mati akan selalu mati. Namun, Aku membatasi masa kehidupan nyata ini dengan kematian dan membatasi kematian dengan mulainya kehidupan baru.
Meski demikian, sungguhlah dalam kematian ketika Sang Hidup telah terlepas dari wujud materi yang pernah ditempatinya, ia segera menempati wujud materi baru dalam dimensi yang lain. Dengan pengetahuan ini pula Kutegaskan padamu bahwa kehidupan sebenarnya selalu berlanjut bahkan setelah kematian di dunia nyatamu ini. Untuk itu AnakKu, berhentilah kau bersedih untuk setiap kematian karena kehidupan itu selalu ada, hanya saja ia berganti dimensi. Dari dimensi yang bisa terlihat menjadi sesuatu yang tidak mudah terlihat.
Berkembang dari dualitas kehidupan dan kematian inilah kemudian Aku menciptakan cabang-cabang dualitas semesta lainya. Suka-duka, sedih-gembira, kaya-miskin, dan pelangi dualitas lainnya. Berbagai dualitas itulah yang mewarnai duniamu dan juga saat menghadapi peristiwa penting dalam kehidupanmu, yakni kematian.
Karena itu AnakKu, dunia ini Kusediakan sebagai tempat pembelajaranmu mengenal segala dualitas yang ada dalam kehidupan dan kematian yang kau jalani berkali-kali. Ketika kau telah bisa memahami, menerima dan bersatu dengan semua dualitas dunia ini, kau akan memahami, menerima dan juga bersatu dengan dualitas kehidupan dan kematian sebagai bagian hakiki dari dirimu.
Bila telah melampaui dualitas kehidupan dan kematian ini kau berhasil memahami, menerima dan bersatu dengan keniscayaan dari adanya dualitas pertama semesta yakni material dan spiritual, kau akan mudah memahamiKu sebagai kekosongan dan isi dari kekosongan semesta. Akhirnya setelah memahami pula semua itu, kau akan menyadari siklus kesemestaanKu dan bergerak dalam diam bersamaKu dengan kesadaran semesta.
Aku bergerak karena Aku adalah Sang Hidup yang abadi dalam gerak semestaKu. Aku bergerak dalam diam karena dalam gerak itu sesungguhnya Aku tidak ke mana-mana. Aku sudah ada di mana-mana selamanya. Inilah kehidupan semesta yang Kujalani dalam keabadianKu melampaui segala ruang dan waktu.
Kau sendiri adalah bagian dari keabadianKu yang bergerak dalam siklus kehidupan dan kematian. Kau hidup dalam berbagai jenis badan fisik, menjalaninya sebagai pembelajaran tugas dan peran jiwa, meninggalkannya dalam kematian untuk hidup dalam dimensi lain, kemudian kembali lagi dengan wujud fisik lain. Dalam pandanganKu, kau mirip suatu Jiwa yang sedang melompati batu-batu pijakan yang membentuk lingkaran kehidupan dalam berbagai badan fisik. Maka, fokuslah menatap setiap ruang dan waktu yang sedang kau pijak. Itu akan memudahkan jalanmu.
Jika bagimu kehidupan ini permainan, maka di situlah Aku sedang bermain-main sebagai Jiwa dalam badan fisik. Aku menggunakan tubuh dan pikiran yang terbatas itu untuk menjalankan semua peran dalam permainan kehidupan. Maka bergembiralah dalam permainan ini Nak. Kesedihan hanya ada dalam pikiranmu, rasa sakit hanya ada dalam tubuhmu. Karena bagi kesadaran sejati Kita, kehidupan hanyalah tempat Kita berjalan, berlari-lari atau melompat ke sana kemari dengan tubuh dan pikiran. Tak ada salahnya menikmati kegembiraan meski masih dalam keterbatasan.
Jika bagimu kehidupan ini adalah belenggu penjara dalam badan yang dipenuhi suka-duka, sakit dan kematian, nikmatilah, Nak. Bukankah kita sudah terlampau lama berada dalam kebebasan tak terbatas. Dan kehidupan ini Kuciptakan sebagai ruang dan waktu bagimu untuk mengalami keterbatasan duniawi sehingga kau merindukan kembali kebebasan rohanimu yang tak terbatas oleh ruang dan waktu.
Dari tahu menjadi tidak tahu sampai kelak kembali tahu. Dari bebas menjadi terikat untuk kembali pada kebebasan. Dari sadar menjadi tidak sadar hingga kembali dalam kesadaran. Dari tak terbatas menjadi terbatas sampai kembali sebagai yang tak terbatas. Begitulah kehidupan ini Kuciptakan bagi perputaran abadi tanpa awal dan akhir itu, AnakKu. Jalani saja siklusmu dengan penuh kegembiraan.
Namun jika kelak kesedihan datang menghampirimu dalam kematian yang membatasi masa kehidupanmu, bersedihlah bukan untuk apa yang telah kamu tinggalkan melainkan pada apa yang belum kamu tinggalkan. Karena setiap beban pikiranmu akan terbawa dalam kematian akan menjadi keterikatanmu pada apa yang telah berlalu di dunia.
Sebaliknya, bergembiralah setelah kematian bukan untuk apa yang belum kamu sadari, melainkan pada apa yang telah kamu sadari selama kehidupan itu. Karena untuk itulah tugasmu selama bertumbuh dalam siklus kehidupan dan kematian. Kau mengalami dan melintasinya berulang kali hanya untuk mencapai kesadaranmu sebagai diriKu.
Kematian bukan hukuman. Kematian adalah cara yang Kuciptakan untuk memberimu kembali energi dan wujud fisik baru agar dapat terus tumbuh untuk mencapai kesadaranKu. Dengan kematian Aku memutuskanmu dari keterikatan pada fisik yang telah usang dan tidak berguna lagi bagi perjalanan kesadaran. Kematian adalah tangga-tangga menuju rumahmu di sebuah puncak kesadaran dan kedamaian, di mana Aku selalu menanti kepulanganmu.
Kematian semestinya bukan pintu menuju ruang kegelapan yang dingin, melainkan pintu ke ruang penuh cahaya cinta yang menghangatkan dan memberi energi baru bagi Jiwa. Namun jika pintu itu membukakan bagimu ruang gelap yang dingin dan menakutkan, itu bukan ruangan sejatiKu melainkan ruangan yang dibentuk sendiri oleh pilihan pikiranmu.
Pikiranmu adalah kegelapan yang dingin karena ia sering kali memiliki cahaya kesadaran dan kehangatan yang terbatas. Hanya kesejatian Jiwa yang memiliki cahaya cinta tanpa batas yang akan membuka pintu kematian yang menuju alam penuh kehangatan cahaya. Karena itulah Nak, kehidupan ini Kusediakan bagimu untuk belajar memilih pintu kematian bagi dirimu sendiri.
Pintu kematian yang menuju ruang gelap dan dingin dibukakan oleh kunci pikiran yang digantungi kesedihan, kemelekatan, dendam, penyesalan, kemarahan, putus asa, dan ketidak ikhlasan. Sebaliknya, pintu menuju ruanganKu yang penuh cahaya dan kehangatan akan terbuka oleh kunci kesadaran nurani yang digantungi kegembiraan, keikhlasan, penerimaan, pengampunan, kebebasan dari kemelekatan.
Kehidupan memiliki sisi terang dan gelap, pun demikian halnya dengan kematian. Kalian bebas menentukan pilihan untuk berada di sisi yang mana. Aku hanya membawa kalian pada pilihan yang telah kalian tentukan. Di situlah keterlibatanKu pada apa yang kalian alami dan rasakan dalam masa kehidupan maupun kematian. Maka, pilihlah apa yang tidak akan kalian sesali di kemudian hari.
Terakhir tentang kehidupan dan kematian, apa pun pilihanmu selama menjalani keduanya, Aku tetap menantimu di ujung perjalanan kesadaran. Kalian semua akan sampai padaKu dan kalian tak punya kuasa mencegahnya. Hanya saja kalian Kuberi hak untuk memilih akan berjalan lamban ataukah cepat menuju kepadaKu. Aku adalah tangan yang selalu terbuka untuk memberimu pelukan dalam penyatuan.
Maka, tundukkanlah kepalamu selama kehidupan agar bisa kau renungkan makna jejak perjalanan yang kau lalui di sana. Lalu tegakkan kepalamu dalam kematian agar mudah kau pilih pintu yang akan membawamu menuju ruang kedamaian penuh cahaya. Dan lihatlah olehmu dengan mata kerinduan betapa Aku di sana sedang menantimu dengan penuh kerinduan pula. Datanglah Nak, datanglah kembali pada Ayah Ibu SemestaMu. Aku merindukanMu.
thanks lot mas henky..sy ksulitan nyari buku ini..tp untung ada jg tulisannya di sni..
Sy setuju dan paham dg penjelasan diatas karena sy orang Hindu artinya secara otomatis sy mengerti itu semua. Tapi sy mau bertanya,…. gmn siklus kehidupan Para Resi jaman dulu yg bisa moksa tanpa meninggalkan jasad beliau didunia ini ? so,… gmn para Atma2 suci yg bisa bulak balik kedunia ini
seakan tanpa melalui proses reinkarnasi ??? kl boleh dibilang deliau punya surat sakti,.. he he
thanks
masih adakah seseorang jaman sekarang yg waskita seperti para resi jaman dulu..bagaimana cara nyata.lahir batin berkenalan dg hyang maha agung
……….