Feeds:
Pos
Komentar

Archive for September 24th, 2020

Oleh Kim Michaels

Jika kita melihat koridor sejarah yang panjang, sulit untuk menyangkal bahwa selalu ada unsur ketakutan yang jelas dalam ajaran agama. Bahkan di zaman rasional sekarang ini, banyak orang beragama yang reaksi awalnya membaca tulisan ini adalah didasarkan pada rasa takut. Mereka telah dibesarkan di lingkungan yang didominasi oleh keyakinan bahwa hanya orang-orang yang percaya pada penafsiran tertentu dari kitab Suci – seperti yang didefinisikan oleh agama mereka – yang akan masuk surga, dan bahwa penafsiran yang lain akan masuk neraka. Dengan demikian, naluri mereka bereaksi berdasarkan ketakutan bahwa dengan membiarkan pikiran mereka mengembara di luar batas yang ditentukan oleh agama akan dapat membuka mereka pada ide-ide yang akan membawa mereka langsung ke neraka.

Di dunia saat ini kita memiliki pengetahuan yang jauh lebih besar tentang psikologi manusia daripada yang tersedia pada zaman Yesus. Jadi, kita mengetahui bahwa efek utama dari rasa takut adalah kelumpuhan mental dan emosional. Rasa takut cenderung membuat orang berpegang teguh pada apa yang sudah biasa, pada apa yang tampaknya aman. Efek praktisnya adalah bahwa orang-orang cenderung bertahan dalam agama tempat mereka dibesarkan dan tidak pernah berani melampaui batas amannya. Yang pasti ini membuat kita bertanya-tanya bagaimana Yesus bisa mengumpulkan banyak pengikut? Dengan kata lain, jika semua orang pada saat itu mengambil pendekatan berbasis rasa takut yang sama terhadap agama seperti yang kita lihat pada banyak orang Kristen modern saat ini, bagaimana gerakan Kristen awalnya bisa dimulai?

(lebih…)

Read Full Post »