Oleh : Achmad Chodjim
Sebenarnya kepercayaan tentang adanya surga, neraka, padang mahsyar, dan hari perhitungan dengan meniti jembatan setipis rambut dibelah tujuh, merupakan kepercayaan yang telah berkembang di Timur Tengah jauh sebelum hadirnya agama Islam. Kepercayaan ini telah mengakar. Islam yang datang di kemudian hari menyerapnya sebagai bagian dari kepercayaannya. Tentu, hal ini lebih menonjol di dalam Hadis daripada di Alquran.
Meskipun kepercayaan itu telah berkembang di masyarakat Timur Tengah, namun masyarakat Quraisy (Mekah) –terutama para elitnya– lebih menekankan pada keyakinan hidup dan mati hanya sekali. Maka, akhirat yang ditawarkan oleh Nabi Muhammad saw mendapatkan sanggahan yang amat keras dari mereka. Keyakinan tentang kebangkitan, yaitu terciptanya kembali manusia seperti sedia kala (QS 18:48) ditolak mereka.
Diterimanya kepercayaan tentang akhirat, kiamat, surga dan neraka, telah mengesampingkan pandangan tentang reinkarnasi. Kelahiran kembali manusia di dunia ini dianggap mustahil bin mustahal. Semua ayat yang mengindikasikan adanya “kebangkitan” atau kelahiran kembali di dunia ini (QS 7:25) dipahami sebagai kebangkitan yang terjadi setelah dunia hancur lebur. Perhitungan tentang amal baik dan buruk dianggap ada setelah manusia dibangkitkan nanti.
Kiamat, surga dan neraka, telah menjadi “mind set”, menjadi suatu yang baku dalam pikiran umat Yahudi, Kristen, dan Islam. Seolah-olah tidak diperlukan penjelasan tentang hal-hal itu. Seolah-olah kiamat itu merupakan peristiwa hancurnya alam semesta sebelum dicanangkannya kehidupan baru di dalam surga atau neraka. Padahal, yang semacam inilah yang pada abad-abad awal perkembangan agama Islam, atau awal perkembangan agama Yahudi dan Kristen, telah memicu konflik kepercayaan. Dalam, agama Islam misalnya, terjadi debat tentang bayi yang mati dimasukkan ke dalam surga atau neraka. Tentang jika bayi mati langsung masuk surga, mengapa orang yang bakal menjadi durhaka tidak dimatikan sejak bayi. Dan lain-lain. Nah, akibatnya umat tidak diberi teladan untuk berbuat kebaikan, tapi disibukkan dengan pertikaian.
Manusia Lahir Kembali sebagai Manusia?
Reinkarnasi, atau dilahirkan kembali tidaklah bermakna tunggal. Ada yang beranggapan bahwa kelahiran kembali itu dapat berwujud sebagai apa saja tergantung amalnya. Dapat dilahirkan sebagai manusia atau binatang. Atau, mungkin menjadi tumbuhan. Namun, bagi para spiritualis generasi sekarang, umumnya mereka beranggapan bahwa reinkarnasi itu proses hidup dari manusia ke manusia. Artinya, sebagai manusia, setelah kematiannya pada babak berikutnya akan dilahirkan sebagai manusia lagi. Tentu, ia akan dilahirkan sebagai manusia yang menderita atau bahagia itu tergantung pada amal perbuatannya.
Mengapa, jika reinkarnasi itu sebagai kebenaran bisa bermakna ganda? Ya, kebenaran adalah kebenaran. Kebenaran adalah kenyataan sebagaimana adanya, tanpa campur tangan manusia. Tetapi, ketika kebenaran itu coba dipahami oleh beberapa orang, maka makna yang diperolehnya belum tentu sama. Karena, kebenaran itu sendiri memiliki banyak sisi dan manusia yang mencoba memahami itu tergantung pada pengalamannya.
Oleh karena penjelajahan dan eksplorasi terhadap kehidupan manusia itu masuk kajian misteri, yaitu berada di balik sesuatu yang me-“materi”; maka kajian terhadap reinkarnasi tidak dapat dilepaskan dari pegangan orang yang mencoba memahaminya. Saya, tentunya juga tidak lepas dari teks-teks ajaran agama yang saya peluk. Jadi, meskipun pada sudut globalnya, yaitu saya menerima reinkarnasi, tapi ada nuansa lain dalam memahaminya.
Apakah kita akan dilahirkan sebagai manusia? Kalau hal ini kita coba tanyakan kepada orang-orang yang menyelidiki reinkarnasi melalui meditasi yang mengeksplorasi pengalaman hidup di masa lalu, tentu jawabannya akan beragam. Bagi yang merasa pernah menjadi binatang, jawabannya pasti dalam hidup ini kita bisa dilahirkan sebagai binatang. Bagi yang dalam penglihatannya di dalam meditasi itu tidak pernah mengalami sebagai hewan tentu akan menjawab bahwa reinkarnasi itu dari manusia menjadi manusia. Dan, ini tentu saja tidak dapat diperdebatkan.
Tapi, dalam kehidupan ini ada orang-orang yang mampu menimba sebanyak-banyaknya pengalaman hidup yang pernah dilaluinya di masa lalu. Mereka itu adalah para nabi, avatar, utusan dan yang setingkatnya. Mereka mampu membabar dan membeberkan kebenaran masa silam menjadi kitab-kitab suci atau lembaran-lembaran suci.
Nah sekarang marilah kita perhatikan ayat berikut ini
QS al-Kahf [18]: 48.
Wa ‘uridhû ‘alâ rabbika shaffâ laqad ji’tumûnâ kamâ khalaqnâ kum awwala marrah bal za‘antum allan naj‘ala lakum maw‘ida
Dan, mereka akan dibawa kepada Tuhan dikau dengan berbaris. Sesungguhnya kalian akan datang kepada Kami sebagaimana Kami ciptakan kalian pertama kalinya. Bahkan kalian mengatakan bahwa Kami tidak akan menetapi perjanjian.
QS al-An‘âm [6]: 94,
Walaqad ji’tumûnâ furâdâ kamâ khalaqnâ kum awwala marrah wa taraktum mâ khawwalnâ kum warâa zhuhûri kum wa mâ narâ ma‘a kum syufa‘â kum alladzîna za‘amtum anna hum fî kum syurakâ’ laqad taqattha‘a bayna kum wa dhalla ‘an kum mâ kuntum taz‘umûn
Dan sesungguhnya kalian akan datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana Kami menciptakan kamu pada mulanya. Kalian telah meninggalkan pada generasi berikutnya apa yang telah Kami karuniakan kepada kalian. Dan, Kami tidak melihat pemberi syafaat yang kalian anggap sebagai sekutu Tuhan itu bersama kalian. Sungguh telah terputus dan lenyap antara kamu dengan apa yang kalian anggap sebagai sekutu Tuhan.
Dua ayat di atas sebenarnya menjelaskan tentang kelahiran kembali manusia di atas bumi ini. Agar lebih jelas pemahaman ayat itu, mari kita perhatikan secara seksama kedua ayat tersebut.
Pertama, ayat pada al-Kahf menjelaskan bahwa manusia akan hadir di Hadapan Tuhan dalam shaf-shaf, berbaris. Tentu ini tidak dapat diartikan seperti tentara yang melakukan baris-berbaris. Mengapa? Karena Tuhan itu tan kena kinaya ngapa. Tuhan tidak dapat dibayangkan seperti apa pun. Dus, berbaris di Hadapan Tuhan harus dipahami sebagai hadir mengikuti aturan bekerjanya alam. Atau, mengikuti mekanisme alam.
Bagaimanakah mekanismenya? Nah, baik pada Surah al-Kahf maupun Surah al-An‘âm, diterangkan bahwa manusia akan datang kepada “Kami” secara sendiri-sendiri sebagaimana “Kami” menciptakan pada mulanya. Ya, sengaja kata “Kami” saya tempatkan dalam tanda petik, dan tidak saya ganti dengan kata “Tuhan”. Ada perbedaan di antara keduanya. Kalau disebut kata “Tuhan” itu memang yang dimaksud adalah Tuhan itu sendiri. Yang ditonjolkan adalah kebesaran-Nya. Perhatikan kalimat “mereka akan dibawa kepada Tuhan”.
Apa artinya kalimat tersebut? Artinya, hidup dan mati ini tidak dapat dilepaskan dari Kehadiran Tuhan Semesta Alam. Inilah cara mendidik manusia untuk mengeliminasi egoismenya. Agar di dalam hidup ini kita sadar bahwa kita ini dalam perjalanan menuju kepada Dia. Kita hidup tidak main-main. Meskipun mekanisme hidup itu bagaikan permainan dan sandiwara. Jadi, kita harus membedakan antara “mekanisme” dan “tujuan” hidup di dunia fana ini.
Kedua, tujuan hidup adalah kembali kepada Tuhan. Tapi, ketika yang disebutkan mekanisme kembali kepada Tuhan, maka kata “Tuhan” disebut dengan kata “Kami”. Ini kata yang bermakna “jamak”, plural. Mengapa dalam penciptaan manusia tidak disebut kata “Saya”? Ya, karena Tuhan itu tan kena kinaya ngapa. Dalam penciptaan manusia, Tuhan tidak mencipta seperti sosok makhluk yang berkuasa. Ada berbagai unsur yang dilibatkan dalam penciptaan manusia. Selain kedua orangtua, unsur lingkungan juga ikut menentukan.
Hakikat dari hakikat memang Tuhanlah yang menjadi pencipta. Tapi, di alam nyata ini ternyata Tuhan tidak menciptakan manusia, hewan, tumbuhan dan lain-lainnya dengan cara “sim salabim”. Penciptaan makhluk hidup melalui mekanisme perkembangbiakan di alam. Dan, untuk manusia, perlu kehadiran orangtua dan ketersediaan unsur-unsur pembentuk jasad hidup manusia. Di antaranya kandungan sel sperma per mililiternya harus sekian ratus juta, meski yang dibutuhkan hanya satu sel sperma.
Ketiga, manusia datang kepada “Kami” sendiri-sendiri. Perhatikan dengan seksama mengapa bukan datang kepada “Aku”. Karena, “Aku” adalah pribadi. Perintah mengabdi atau menyembah kepada Tuhan disebut dengan menyembah kepada “Nya”, “Engkau”, atau “Aku”. Ungkapan ini benar-benar bermakna Tuhan sendiri. Tetapi, “penciptaan” dan “datang” dikaitkan dengan kata “Kami”. Artinya apa? Ini artinya, penciptaan oleh Tuhan itu melalui segenap kehadiran unsur yang dapat dilihat dan disaksikan melalui indra manusia. Nah, datang kepada-Nya pun melalui mekanisme alam yang dapat dilihat dan disaksikan.
Maka, pada kedua ayat tersebut dikatakan bahwa datang kepada Tuhan itu sebagaimana Tuhan menciptakan pada mulanya. Inilah sistem penciptaan dan datang yang normal. Lahir sebagai manusia dan akan dilahirkan lagi sebagai manusia. Lahir sebagai bayi dan akan dibangkitkan (dikiamatkan) sebagai bayi. Inilah jalan untuk menjadi manusia sempurna. Karena, hanya dengan hadir sebagai manusia yang hidup manusia dapat meningkatkan amal baktinya dalam hidupnya.
Dengan proses semacam itu, Tuhan telah menetapi dan menepati janji-Nya, atau telah memenuhi perjanjian yang telah disetujui sang hamba seperti yang diungkapkan dalam QS al-A‘râf [7]: 172. Dengan proses lahir dan lahir lagi di bumi ini manusia diberi kesempatan untuk memperhatikan siapa dirinya dan bagaimana caranya untuk kembali kepada-Nya. Dengan lahir dan lahir berulang-ulang sebagai manusia, ia bisa meningkatkan kualitas dirinya untuk turut serta hamemayu hayuning bawana. Yaitu, sikap hidup untuk terus-menerus meningkatkan keindahan bumi yang diciptakan Tuhan dengan segenap kebaikannya. Maka, menurut konsep Jawa, insan kamil atau manusia sempurna adalah manusia yang dapat menjalankan AIU. Yaitu, aku ini urip, aku iki di-uripi lan ang-uripi. Dalam bahasa Indonesia, “saya ini hidup, semula dihidupi dan selanjutnya menghidupi”.
Dus, secara tata-cara alam, manusia sebenarnya makhluk yang sudah tumbuh menjadi sempurna. Dalam perjalanannya manusia berangkat sebagai makhluk sempurna untuk menjadi manusia sempurna, yaitu manusia yang mampu menjadikan dirinya “AIU”. Hanya manusia sempurnalah yang dapat kembali kepada Yang Maha Sempurna, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Dalam bahasa Alquran disebutkan bahwa manusia itu diciptakan dalam ujud (bukan wujud) yang terbaik daripada sebagian besar makhluk-Nya.
Keempat, manusia tidak sama dengan hewan. Bila hewan mati, maka ia tidak meninggalkan apa-apa –kecuali bangkai– kepada generasi berikutnya. Manusia memiliki nilai. Karena itu, manusia ingin mewariskan nilai itu kepada generasi berikutnya. Nah, nilai itu dapat berupa hal yang material maupun yang imaterial. Yang imaterial adalah ajaran-ajaran tentang budi luhur. Sedangkan yang material adalah harta benda yang dalam ayat di atas disebut karunia Tuhan yang ditinggalkan kepada generasi berikutnya.
Kecaman pedas ditujukan kepada orang yang landasan hidupnya hanya berupa material. Banyak orang yang berpikiran bahwa harta benda dapat menyelamatkan dirinya. Ternyata, harta benda itu terpaksa ditinggalkan ketika mereka mengalami kematian. Apa yang dirasakan sebagai syafaat atau penolong dalam hidup sebelumnya, ternyata telah putus. Lenyap. Tidak lagi berfungsi seperti sebelumnya. Mengapa? Sebab, bilamana pada masa hidup sebelumnya kaya dan hanya mengandalkan kekayaannya untuk kelangsungan hidupnya, maka boleh jadi ia sekarang hidup dalam kondisi yang sebaliknya yaitu menderita kemiskinan.
Dengan ayat-ayat tersebut sebenarnya manusia diingatkan untuk tidak terjebak dalam kehidupan material belaka. Material adalah sesuatu yang fana sifatnya. Material tidak dapat membantu dirinya dalam perjalanan hidup selanjutnya. Maka, apa yang perlu diwariskan? Tiada lain adalah budi luhur atau akhlak mulia. Maka, ajaran Nabi Muhammad yang paling pokok adalah memraktikkan hidup yang berakhlak mulia. Dalam Hadis disebut, innama buitstu li utammima makârim al-akhlâq, sesungguhnya saya dibangkitkan untuk memprioritaskan budi pekerti yang mulia. Alias, budi luhur.
Sayang, akhlak mulia alias budi luhur ini dilupakan oleh sebagian besar pemeluk agama. Ya, agama apa saja! Pemeluk agama umumnya dibawa ke hal-hal yang sifatnya semu. Hal-hal yang sifatnya untuk konsumsi politik dan ekonomik tokohnya. Kalau sudah demikian, meski manusia dilahirkan berkali-kali sebagai manusia, tapi tak ada peningkatan kualitas, bahkan kualitasnya amat buruk dan lebih buruk dari hewan.
Dalam kenyataan di lapangan kita bisa melihat manusia-manusia yang perilakunya seperti hewan. Dan, bahkan ada yang pernah ditayangkan di teve swasta seorang anak yang sudah berumur 12 tahun yang tetap tidak bisa berbicara ala manusia umumnya. Kalau toh bicara, maka bicaranya itu mirip dengan bunyi burung yang cruit, cruuiit, ceertt. Dan, makannya pun tidak selayaknya manusia. Bukan nasi, sayur dan lauk-pauk, tapi daun-daunan semata. Sehingga, orangtuanya senantiasa mencarikan ranting-ranting muda yang dipenuhi daun. Lahap sekali dalam memakan daun.
Bisakah Manusia Dilahirkan Kembali sebagai Binatang?
Sudah disebutkan bahwa mekanisme normal menyebabkan manusia tetap dilahirkan kembali sebagai manusia. Tapi, di alam senantiasa terjadi distorsi, atau penyimpangan kejadian. Kita ambil contoh kelamin manusia. Secara alami manusia itu diciptakan menjadi manusia yang berkelamin laki-laki dan yang berkelamin perempuan. Semua kitab suci menyebut demikian. Tetapi, faktanya ada penyimpangan. Saya beberapa kali mendengar ada anak yang dilahirkan memiliki kelamin ganda. Dan, di bulan Oktober 2004 ini saya melihat suatu acara liputan di siang hari tentang seorang anak yang berkelamin ganda. Diperlihatkan di teve tersebut secara normal yang tampak adalah “alat kelamin laki-laki”. Jadi, secara sepintas tidak ada tanda-tanda bahwa dia mempunyai kelainan kelamin. Pokoknya kelihatan utuh kelamin laki-laki. Tapi, ketika batang penisnya diangkat, maka ternyata buah pelirnya berupa vagina. Ya, vagina yang sama dengan yang dimiliki seorang perempuan. Seandainya penis itu dipotong, ya tinggal vaginanya.
Nah, secara faktual ada penyimpangan kelamin. Dan, penyimpangan itu tidak banyak. Secara statistik sebuah kebenaran pun hanya berada dalam selang kepercayaan. Artinya, kebenaran bukanlah sesuatu yang bulat seratus persen. Katakanlah sesuatu dianggap benar bila ada dalam jangkauan 95-99 persen benar. Tapi, ada yang menyimpang meskipun 1 persen atau kurang. Itu dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi, jangan heran bilamana kita pun menyaksikan perilaku hewan yang dalam ungkapan Jawa dikenal dengan hewan yang kamanungsan. Artinya, secara lahiriah ia berupa hewan, tapi perilakunya seperti manusia layaknya. Ia punya pengertian. Sehingga, tidurnya pun minta bersama majikannya di atas kasur. Tidak mau minum air kotor dan hanya mau minum air yang bersih, dan perilaku manusia lain-lainnya. Ada fakta!
Bagaimana menurut kitab suci? Marilah kita periksa ayat-ayat dalam kitab suci Alquran.
Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar di antaramu pada hari Sabbat, lalu Kami berfirman kepada mereka: “Jadilah kamu kera yang hina!” (QS 2:65)
Katakanlah: “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari orang-orang fasik pada Sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah , di antara mereka ada yang dijadikan kera dan babi, dan penyembah tagut?” Mereka lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat jalannya. (QS 5:60)
Maka, tatkala mereka bersikap sombong terhadap larangan yang ditetapkan kepada mereka, Kami katakan kepada mereka: “Jadilah kamu kera yang hina!” (QS 7:166)
Dan mereka berkata: “Apakah bila kami telah menjadi tulang-belulang dan sesuatu yang rusak, apa benar kami dibangkitkan menjadi makhluk yang baru?”
Katakanlah: “Jadilah kamu batu atau besi,
Atau suatu makhluk yang tidak mungkin menurut pikiranmu!” Mereka bertanya: “Siapa yang akan menghidupkan kami kembali?” Katakanlah: “Yang telah menciptakan kamu pada kali mulanya.” Lalu, mereka menggeleng-gelengkan kepala kepadamu dan berkata: “Kapan itu?” Jawablah: “Semoga itu terjadi dalam waktu dekat.” (QS 17: 49–51)
..Binasalah orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala, di samping itu ada jahanam dan dia akan diberi minuman dengan air nanah. (QS 14: 15–16)
Cukuplah kiranya ayat-ayat yang menunjukkan adanya kejadian yang menyimpang dalam kehidupan di dunia ini. Perhatikan ayat-ayat tersebut dengan seksama tanpa melibatkan emosi. Jauhkan dari sikap apriori. Lalu, baca dengan logika.
Pertama, perhatikan kata “Kami” pada ayat-ayat tersebut. Jelas yang dimaksud di ayat itu adalah mekanisme alam. Tuhan semesta alam itu Maha Penyayang. Dia dalam Diri-Nya senantiasa kasih. Makanya, tidak dikatakan “Aku berfirman” atau “Aku menetapkan”. Alam semesta itu sendiri adalah firman Tuhan. Lalu, “Kami berfirman” sebenarnya lebih ditujukan pada “Sabda Alam”. Ya, alam yang bersabda. Mungkin kita menyangkal bahwa ada alam koq dapat bersabda. Nah, kita lupakan bahwa diri kita ini bagian dari alam, tapi toh nyatanya kita dapat bersabda.
Orang yang melanggar Hari Sabbat atau Hari Keramat bagi pemeluk Yahudi disebut orang yang melanggar pantangan alam. Karena alam mereka rusak, makanya perbuatannya itu mengakibatkan mereka menjadi kera yang hina. Ya, sudah menjadi kera, tapi kera yang hina pula. Banyak yang menafsirkan bahwa mereka yang merusak Hari Sabbat itu perilakunya seperti kera. Apa yang lepas dari ayat tersebut? Jelas sekali bahwa sabda itu bukan untuk menjadikan “seperti” kera, tapi kera sebenarnya. Bahasa Arab memiliki kosa kata untuk “seperti” yaitu ka atau kamâ. Bacalah ayat terdahulu, di situ disebutkan “kamu datang kepada Kami sebagaimana…”. Dan lagi, kalau dijadikan “seperti” kera, ya tidak usah menunggu lagi, wong mereka itu sudah seperti kera koq. Pelanggar Hari Sabbat itu perilakunya sudah seperti kera yang tidak tahu aturan. Masakan mereka masih diperintah jadi seperti kera. Hal demikian tentu tidak akan menyadarkan mereka.
Coba periksa ayat QS 5: 60! Dijelaskan pada ayat tersebut bahwa apa yang mereka lakukan itu sudah lebih buruk daripada orang fasik. Makanya, balasan yang diperoleh pun lebih buruk daripada orang yang berbuat fasik atau menyimpang dari jalan yang benar.A Maka, perbuatan mereka yang amat buruk itulah yang mengakibatkan mereka ada yang bangkit kembali sebagai kera, babi, atau penyembah tagut. Ayat ini jelas sekali, karena ada pembeda yang jelas antara hewan dan penyembah tagut. Kalau dilahirkan sebagai penyembah tagut, itu artinya dilahirkan sebagai manusia. Tapi, ia menjadi manusia yang melampaui batas-batas kehidupan itu sendiri. Atau, dengan kata lain ia menjadi manusia yang hidupnya hanya memperturutkan hawa nafsunya semata.
Entah menjadi kera, babi, atau penyembah tagut; menurut ayat tersebut mereka dikategorikan sebagai makhluk yang posisi kehidupannya lebih buruk daripada rata-rata orang, dan tidak tahu lagi jalan yang benar. Coba perhatikan! Menjadi hewan pun bukanlah hewan normal yang perilakunya berdasarkan perikehewanan. Artinya, secara wujud hewan, tapi perilakunya lebih buruk daripada hewan. Apa ada? Ya, coba saja amati hewan-hewan yang ada di sekitar kita. Kalau masih sulit membayangkan bagaimana beda kera atau babi asli dengan yang perwujudan dari manusia, ya perhatikanlah anjing yang hidup di sekitar kita.
Maka, kalau kita amati anjing, kita akan tahu perilaku anjing pada umumnya. Tapi, ada yang benar-benar kamanungsan. Ada pula yang amat jahat terhadap manusia, dan tak pernah mengerti majikan. Ia malah memilih hidup liar, dan makannya pun hanya mengandalkan sampah. Dan, ada anjing yang menjadi gila yang disebut “anjing gila”. Nah, kalau perusak kehidupan itu lahir sebagai babi atau kera, tentunya bukan babi atau kera yang disebut kamanungsan, tapi babi atau kera yang hina sebagaimana dinyatakan pada QS 2: 65 dan 7: 166. Makanya, babi dan kera yang dimaksud disetarakan dengan kehidupan para penyembah tagut.
Kedua, ada lagi yang lebih buruk daripada menjadi kera, babi atau penyembah tagut. Yaitu pada dua kelompok ayat berikutnya. Perusak kehidupan tidak dibangkitkan sebagai manusia atau binatang, tapi menjadi batu atau besi, atau makhluk yang berada di luar jangkauan pikiran.
Tidak menjadi hewan atau manusia. Artinya apa? Orang yang tidak lagi dapat dilahirkan berjasad fisik. Ini berarti cuma menjadi hantu gentayangan. Ia tersesat jalan yang amat parah. Sehingga, tidak tahu lagi kalau setiap hari ada proses penciptaan badan wadag manusia. Frekuensi energinya tidak mampu mengendus calon jabang bayi. Mereka akhirnya memilih tinggal di batu-batuan, rongsokan logam, atau benda lainnya.
Ia menjadi hantu gentayangan. Karena asal-usulnya dari manusia maka ia tetap menganggu manusia. Tentu manusia yang diganggunya itu tatkala getaran frekuensi energinya di ambang bawah. Oleh sang dukun hantu diusir-usir. Kalau ada orang baik dengan sendirinya terusir. Inilah yang disebut “tidak mengetahui jalan atau amat tersesat”.
*****
Reinkarnasi secara normal adalah manusia yang dilahirkan kembali sebagai manusia. Hanya saja ada manusia yang kelakuannya seperti hewan. Dan, ada pula yang hanya memperturutkan hawa nafsunya belaka. Tapi, sebagai akibat hukum penyimpangan, maka ada yang dilahirkan dalam wujud hewan, ternak, atau hewan piaraan. Tapi, hal ini sekali lagi hanya penyimpangan di alam. Mengapa bisa menyimpang? Ya, karena yang menjadi hewan itu hidup di jalan kehidupan yang amat dekat dengan jalan hidupnya hewan. Kalau tidak ingin terlanda banjir, ya jangan hidup di pinggir sungai. Kalau tidak ingin terbakar, ya jangan main-main api.
Nah, yang lebih celaka adalah tidak dapat dilahirkan sebagai makhluk hidup. Ia benar-benar tersesat yang kelewat batas. Ia tidak tahu caranya masuk ke dalam jabang bayi. Maka ia tetap di alam kehidupan yang tanpa badan wadag. Ia hanya bisa gentayangan.
Bagaimana kesudahan perjalanan manusia?
Ketika air menjadi es, cairan, atau pun uap air, maka sebenarnya ia tetap air. Tidak lebih dan tidak kurang. Yang berubah-ubah hanya wujudnya. Hakikatnya ia tetap air. Di atas suhu 4 derajat, es akan menjadi air. Uap air yang mengumpul di angkasa jika faktor-faktor pembentuk hujan ada, maka uap itu akan turun ke bumi sebagai air.
Selama manusia hidup sebagai badan wadag atau hidup di alam astral, maka manusia tidak akan pernah kembali kepada Tuhan. Dalam jangka pendek atau dalam jangka panjang, ia akan mengalami siklus hidup sebagai manusia di bumi ini atau di planet lain. Dalam sebuah buku yang ditulis oleh Sayyid Hasan Abthahy (orang Iran), dikisahkan di dalamnya bahwa Carnes yang masih hidup berhubungan dengan Jiwa Louman yaitu temannya yang sudah meninggal. Carnes menanyakan di mana Louman sekarang tinggal. Menurut Louman dia tinggal di sebuah planet kepela dan jaraknya dari bumi adalah 71 tahun cahaya. Itulah sekilas cuplikan bahwa siklus hidup itu tidak hanya di planet bumi saja.
Manusia terus-menerus bisa meningkatkan dirinya menuju planet yang semakin indah. Hal ini dikabarkan dalam QS 39: 20, “Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan mereka mendapat tempat-tempat yang tinggi, di atasnya dibangun pula tempat-tempat yang tinggi yang di bawahnya mengalir sungai-sungai….
Namun demikian, ada pula yang dalam perjalanan hidupnya sudah melampaui dunia fisik di mana pun berada. Itulah orang-orang yang benar-benar kembali kepada-Nya.[]
Salam,
A.Chodjim
Jakarta, 31 Oktober 2004
<!–[endif]–>
Hmmm….Reinkarnasi dlm islam…paham yg aneh
kalo ada reinkarnasi berarti jumlah manusia gak nambah-nambah donk…
bahkan hrsnya berkurang krn ada yg berubah jadi cacing…hehehe…
tp ternyata malahan nambah sampe trilyunan…. apa para cacing berubah jadi manusia semua… hahaha…
jangan2 penulis ini tadinya cacing or gajah or ikan tongkol…
Reinkarnasi sekarang adalah paham yang umum, bukan hanya di negara timur seperti india atau tibet tetapi sekarang di negara barat seperti amerika sudah sekitar 70 persen percaya adanya reinkarnasi karena ini sudah banyak dibuktikan, terutama setelah ditemukan teknik regressi hipnosis yaitu membuka memori pikiran bawah sadar dari setiap orang, dan kemudian melakukan past life investigasi yaitu menelusuri tempat2 dimana orang tersebut pernah hidup dan untuk membuktikan apa yang dikatakan orang tsb berdasarkan regressi adalah suatu kenyataan. Selama ini hal itu bisa dibuktikan, terutama di negara yang dokumentasinya lengkap.
Jumlah jiwa itu tidak terbatas, masih banyak jiwa yang menunggu kelahiran kembali, baca buku “Destiny of Souls” atau “Journey of Souls” disitu dijabarkan dengan details bagaimana jiwa2 tersebut menunggu untuk dilahirkan kembali dan kenapa mesti kembali ke bentuk fisik.
Regresi masa lampau ini juga sangat penting untuk penyembuhan trauma atau penyakit2 yangsulit diketahui penyebabnya.
Meski reinkarnasi dianggap umum (terutama di neg dg penduduk beragama hindu) namn di barat sendiri reinkarnasi dimasukkan dlm kelas “pseudo science” yah.. sekelas UFO, Lochness or Big Foot, katanya ada bukti tapi tak terbukti, krn blm/tidak dapat dibuktikan
Konsep reinkarnasi dlm Islam akan menimbulkan pertanyaan” sbb:
1. Sampe kapan manusia / mahluk hidup akan ber-reinkarnasi
2. Bgmn kriteria mahluk hidup tingkat yg lbh rendah dpt ber-reinkarnasi jd mahluk yg derajatnya lbh tinggi
– apa kriteria cacing, ikan, or kambing yg baik ?? biar bisa naek pangkat jd manusia…& binatang punya akal budi or hanya naluri? tikus mencuri makanan or adakah tikus yg tidak mencuri makanan.. tikus baik ? (mickey mouse)
– apa kriteria org yg baik shg tdk reinkarnasi jd kutu misalnya? coba tebak nantinya George W Bush jd tikus or malah jd raja? kalo menurut anak buahnya dia kan pemimpin yg baik, jd pasti doi tetep jd raja , tp kalo menurut korban2 nya yg sengsara krn kesalahan intelijennya, cocoknya dia jadi makanan ikan
3. Sikap manusia thd hewan? gak boleh motong hewan buat dimakan? jangan-jangan kambing yg dipotong itu tadinya kakek nya, gile aje motong & makan kakek sendiri , hewan ~=~ manusia krn bisa reinkarnasi jd orang & sebaliknya..
4. Konsep reinkarnasi -> mk kesengsaraan = akibat dr perbuatan, mk.. org terlahir cacat, miskin, bodoh = perbuatannya ?? praduga bw tiap org miskin adalah jahat, jd kalo kita saat ini gak sekaya or sepinter Madoff (yg akhirnya ketauan nipu org sampe trilyunan), berarti dlm kehidupan sebelumnya kita pasti lbh jahat dr doi donk …
5. konsep hari akhir & neraka … jd tdk relevan.. krn bukankah semua kesalahan sdh dibales pada waktu seseorang reinkarnasi jadi cacing or ikan teri…… bgmn dg ayat ini:
51. Adz Dzaariyaat 13. (Hari pembalasan itu) ialah pada hari ketika mereka diazab di atas api neraka.
22. Al Hajj 19. Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Tuhan mereka. Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka.
23. Al Mu’minuun 104. Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat.
64. At Taghaabun 10. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.
40. Al Mu’min 76. (Dikatakan kepada mereka): “Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong .”
30. Ar Ruum 16. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami (Al Quran) serta (mendustakan) menemui hari akhirat, maka mereka tetap berada di dalam siksaan (neraka).
Semua ayat tsb .. & msh banyak ayat lainnya menyatakan adanya hari pambalasan(hari akhir/kiamat) serta neraka bg yg mendustakan…..
Jadi reinkarnasi dlm Islam = menafsirkan ayat Quran semaunya sendiri.
Salaam,
uhh udara dingin bgt
Sebenarnya Anda nggak perlu percaya dengan konsep reinkarnasi ini, tapi pengalaman dan pengetahuan kita sendirilah yang paling penting dalam pemahaman ini. Jadi saya tidak beragumentasi dengan ayat2 yang anda tunjukkan, karena itu juga bagian dari keyakinan, bukan realitas yang dialami oleh diri sendiri. Disini saya melihat reinkarnasi sebagai realitas bukan sesuatu yang harus dipercaya. Realitas ada karena adanya bukti2 ilmiah yang mendukung, riset dan pembuktian. Kita boleh tidak percaya, karena kita merasa hal itu tidak ada di kitab suci, tapi kita melihat dalam realitas hal itu ternyata ada.
Ini sama seperti kita memahami evolusi manusia, kita semua percaya kalo manusia pertama adalah adam dan hawa, tapi kalau dirunut ke sejarah agama2 samawi mereka diperkirakan lahir sekitar 5000 tahun yang lalu, tapi ternyata ditemukan fosil manusia jawa berusia lebih dari 200 ribu tahun umurnya, dan ini adalah realitas.Apakah manusia Jawa (homo sapiens) ini nenek moyangnya adam dan hawa? Disinilah kita harus menafsirkan kembali keyakinan kita.
Bagi saya sih kita boleh tetap percaya dengan kitab2 suci yang ada tetapi kita harus juga melihat kenyataan dari perkembangan ilmu pengetahuan yang ada saat ini, buat saya Bp. Achmad chodjim ini adalah salah satu orang yang
mengerti bahwa kitab suci sendiri sudah menuliskan hal yang sekarang banyak dipahami sebagai realitas itu, tapi penafsiran maupun belief sistem terdahulu belum membayangkan hal tersebut. Saya yakin Nabi memahami hal itu, karena banyak dari pengikut Islam terutama aliran sufi yang percaya adanya reinkarnasi, itu bisa dilihat dari puisi2 Rumi, maupun tulisan2 Ibn el Arabi. Tetapi dalam pemahaman pengikutnya yang lain belum menjangkau itu.
Tapi maaf saya bukan pakar untuk menafsirkan ayat2, saya hanya bergerak dari pengalaman dan ilmu pengetahuan yang ada. Jadi jika saya memasukkan artikel tersebut adalah bagian dari pengetahuan bukan dari keyakinan. Mungkin untuk lebih memahami reinkarnasi ini dalam ayat2 Al Quran bisa membaca buku2 karangan Achmad Chodjim seperti “Membangun surga”, “Islam esoteris” , Syekh siti Jenar, Rahasia sepuluh malam dll.
Mungkin juga untuk memperluas pemahaman Anda dari segi ilmu pengetahuan , bisa baca juga artikel2 di kategori reinkarnasi.
Atau Anda ingin mengetahui apakah anda pernah lahir sebelumnya, bisa melakukan regressi masa lampau dengan hypnosis, ada beberapa orang yang bisa melakukannya di jakarta ini.
Salam
Henky
Salam kenal mas hengky,
Dr awal saudara menulis artikel ini, banyak hal yg menjadikan bahan penerungan buat diri saya. Saya tertarik berdiskusi mengenai topik yg mas tulis ini, utk saling berbagi pengalaman dan perjalanan hidup. Mohon kiranya saudara ada keluangan wkt kita bs berdiskusi baik melalui media internet ataupun scr tatap muka. Dlm kolom surel ada alamat email sy, sy tunggu responnya mas.
Trima kasih,
Salam
Mas kalau mau email bisa ke email sy di henkykuntarto@gmail.com atau inbox di facebook Henky Kuntarto.
Bolehkah saya mengajukan pertanyaan Mas Hengky? Apakah anda bisa mengajari saya melakukan regressi masa lampau dengan hypnosis?
Saya mencoba mengambil jarak dengan wacana reinkarnasi ini mengingat keterbatasan pengetahuan & pengalaman saya.
Question:
1. Jika memang ada siklus reinkarnasi, apakah para nabi termasuk orang2 yg mengalaminya?
2. Kalau membaca artikel2 tentang fisika kuantum, materi adalah bentuk padat energi dan apa2 yg kita sentuh,lihat, dengar hanyalah citra2 yg berasal dari sinyal listrik yg diterjemahkan oleh otak. Bagaimana fisika kuantum menjelaskan reinkarnasi?
3. Reinkarnasi juga menimbulkan kemungkinan incest, mengerikan sekali…. Who knows that present spouse is past life parent?
Saya coba menjawab :
1. Jika memang ada siklus reinkarnasi, apakah para nabi termasuk orang2 yg mengalaminya?
Kalau para nabi sampai saat ini memang belum ada pembuktian sudah berinkarnasi kembali, tetapi Jesus pernah mengatakan bahwa Johanis pembaptis itu adalah reinkarnasi dari nabi Ilyas(elia). Menurut saya para nabi, buddha dll, sudah mencapai roh tingkat V keatas sehingga lebih berperan sbagai roh pembimbing manusia.
2. Kalau membaca artikel2 tentang fisika kuantum, materi adalah bentuk padat energi dan apa2 yg kita sentuh,lihat, dengar hanyalah citra2 yg berasal dari sinyal listrik yg diterjemahkan oleh otak. Bagaimana fisika kuantum menjelaskan reinkarnasi?
Betul , kita semua adalah energi, hukum kekekalan energi itu mengatakan bahwa energi tidak dapat dimusnahkan, hanya berubah bentuk. Begitulah kita pada saat mati energi kita tetap, hanya fisiknya yang kembali ke bumi, sedangkan energi kita tetap kekal menunggu bermanifestasi kembali menjadi bentuk fisik atau menyatu dengan satu2 nya energi yang Ada yaitu Tuhan. Ini seperti air laut berubah jadi awan kemudian menjadi hujan melalui sungai dan kembali ke laut. Mungkin lebih jelas bisa baca artikel dalam “Tao of Physics”
3. Reinkarnasi juga menimbulkan kemungkinan incest, mengerikan sekali…. Who knows that present spouse is past life parent?
Incest itu kan cuma ada dalam bentuk fisik kehidupan saat ini , misalnya ayah dengan anak saat ini, dalam jiwa setiap hubungan itu adalah pembelajaran jiwa, bukan fisik. Yang dulunya ayah kita memang mungkin di kehidupan selanjutnya adalah suami/istri kita, tetapi ini bukan incest, karena setiap jiwa adalah setara jadi tidak mesti dulunya ayah terus menjadi ayah, bisa saja menjadi anak, istri atau teman di kehidupan selanjutnya. Banyak wanita yang misalnya menemukan pria yang kebapakan atau dewasa, yang mungkin saja dulunya adalah ayahnya. Jadi perasaan kedekatan itu memang ada. tetapi ini bukan incest.
Situs ini menurut saya sangat baik minimal utk alternatif penafsiran mengenai kitab suci. Soal percaya atau tidak terhadap konsep reinkarnasi itu tergantung kepada kepercayaan masing2 org dan menurut saya bukan masalah tauhid. Dalam al-qur’an disebutkan, ” Allah berfirman: Di bumi ini kamu hidup, di bumi ini kamu mati dan di bumi pula kamu dihidupkan” (QS 7:25). Dalam QS 2 : 28 dan QS 40:11 (tlg cek lagi) juga disebutkan hal yg sejenis yg dapat ditafsirkan sebagai adanya bentuk reinkarnasi.
Terus terang saya masih skeptis namun berusaha netral terhadap pandangan reinkarnasi.
Pernah ada yg berkata kepada saya hanya dari melihat tanggal dan waktu lahir yang komplit bahwa pada past life saya terdahulu saya pernah tinggal di kepulauan di pasifik selatan. Terus terang saya nggak puas sama jawabannya.
Mas Hengky sempat singung bahwa di Jakarta ini ada yang dapat melakukan past life regression dengan methode Hypnose…kalo bisa dapat alamatnya?
Jadi mungkin hypnose bisa mengobati rasa ingin tahu saya.
Sebenarnya penelusuran past life bisa dilakukan dengan berbagai macam, misalnya dengan kartu tarrot atau meneliti interest2 kita saat ini atau bakat/hobby yang dimiliki . Misalnya kesukaan makanan, hobby atau bahasa yang cepat dikuasai. Atau dari dejavu, yaitu kesan pernah ke suatu tempat meskipun belum pernah kesana sebelumnya.
Di jakarta ada beberapa tempat untuk PLR(Past life Regressi)misalnya di Yan nurindra, Basmar plaza lt 3 buncit, atau di L’ayuveda di pertokoan D’best fatmawati milik Maya safira muchtar.
Pak Henky sudah pernah untuk melakukan Past Life Regression ( RKL regressi kehidupan lampau ) ?
atau berminat untuk melakukannya?
Apakah RKL itu ilusi atau benar adanya … ternyata dalam memory manusia menyimpan kehidupan lampau.
Untuk memperbaiki diri :
Apa kekurangan yang ada dimasa lampau untuk diperbaiki atau memutuskan rantai (karma negatif) yang tidak diinginkan.
Membangkitkand keunggulan-kegeniusan-talenta-kemampuan bisnis serta nilai positif lainnya yang ada dikehidupan lampau untuk diaplikasikan dalam kehidupan sekarang di level bawah sadar , untuk membantu mewujudkan tujuan hidup.
MUHASABAH diri dari yang ada dalam memori diri kita.
baik past life, atau kehidupan sekarang ini.
betapa indahnya kehidupan ini seandainya,semua manusia meyakini,setiap aksi menghasilkan reaksi,setiap karma baik ataupun buruk,akan kembali kepada diri.kehidupan dunia ini bagai hamparan keindahan,tidak ada kejahatan,setiap orang akan mengasihi,mencintai karena apapun energi yg dia keluarkan sesuai dengan energi yg dia terima.dikehidupan sekarang ada karena adanya kehidupan sebelumnya,adanya kebahagiaan sekarang karena adanya kehati2an pada masa sebelumnya,hari ini aku bisa makan karena kemarin aku bekerja,ada atau tidaknya reingkarnasi bukan suatu masalah,tapi lihatlah hasil dari apa yg di hasilkan dari teori reingkarnasi,tidak ada sesuatupun yg jelek.malah membuat orang akan sadar dan menjadi tanggungjawab akan dirinya sendiri dan seterusnya akan menjadi manusia yang memayu rahayuning bawono.menyayangi sesama dan alam semesta.tidak ada sedikitpun kerugian dalam menempuh dan mendewasakan jiwa ini.
1. tidak ada reinkarnasi dalam Islam,, jadi dari judul saja sudah jadi pembohongan publik :]
2. kalo mau melakukan pembohongan publik mbok yang pinter dikit,, jangan memplintir ayat dari kitab suci agama lain untuk mendukung pembenar.. ups maaf kebodohan Anda
kita lihat konteks ayat Al Kahfi 47-49
47. Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan dapat melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak kami tinggalkan seorangpun dari mereka.
48. Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. Sesungguhnya kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kamu pada kali yang pertama; bahkan kamu mengatakan bahwa Kami sekali-kali tidak akan menetapkan bagi kamu waktu (memenuhi) perjanjian.
49. Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun.”
Setiap muslim manapun mengerti bahwa ini ayat tentang kebangkitan manusia dari alam kubur untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya di dunia,,
kmudian kita lihat ayat lengkap QS Al an’am 94
94. Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu; dan Kami tiada melihat besertamu pemberi syafa’at yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu Tuhan di antara kamu. Sungguh telah terputuslah (pertalian) antara kamu dan telah lenyap daripada kamu apa yang dahulu kamu anggap (sebagai sekutu Allah).
dimanakah letak reinkarnasi di sini?
lucunya adalah Anda tidak memperhatikan kalimat
” Kami tiada melihat besertamu pemberi syafa’at yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu Tuhan di antara kamu. Sungguh telah terputuslah (pertalian) antara kamu dan telah lenyap daripada kamu apa yang dahulu kamu anggap (sebagai sekutu Allah).”
ini adalah sindiran bagi klian umat musyrik buddha yang mempersekutukan Tuhan
Saran saya : kalau mau mempelajari Al Quran masuklah Islam jangan setengah2
kalau tidak mau, jangan cari2 pembenaran dengan mempelintir kitab suci agama lain atau Anda akan kelihatan bodoh dengan ilmu yang sedikit
Saya mau mengulang komen saya diatas karena memang jawabannya adalah sama.
Sebenarnya Anda nggak perlu percaya dengan konsep reinkarnasi ini, tapi pengalaman dan pengetahuan kita sendirilah yang paling penting dalam pemahaman ini. Jadi saya tidak beragumentasi dengan ayat2 yang anda tunjukkan, karena itu juga bagian dari keyakinan Anda, bukan realitas yang dialami oleh diri sendiri. Disini saya melihat reinkarnasi sebagai realitas bukan sesuatu yang harus dipercaya. Realitas ada karena adanya bukti2 ilmiah yang mendukung, riset dan pembuktian. Kita boleh tidak percaya, karena kita merasa hal itu tidak ada di kitab suci, tapi kita melihat dalam realitas hal itu ternyata ada.
Ini sama seperti kita memahami evolusi manusia, kita semua percaya kalo manusia pertama adalah adam dan hawa, tapi kalau dirunut ke sejarah agama2 samawi mereka diperkirakan lahir sekitar 5000 tahun yang lalu, tapi ternyata ditemukan fosil manusia jawa berusia lebih dari 200 ribu tahun umurnya, dan ini adalah realitas. Apakah manusia Jawa (homo sapiens) ini nenek moyangnya adam dan hawa? Disinilah kita harus menafsirkan kembali keyakinan kita.
Bagi saya sih kita boleh tetap percaya dengan kitab2 suci yang ada tetapi kita harus juga melihat kenyataan dari perkembangan ilmu pengetahuan yang ada saat ini, buat saya Bp. Achmad chodjim ini adalah salah satu orang yang
mengerti bahwa kitab suci sendiri sudah menuliskan hal yang sekarang banyak dipahami sebagai realitas itu, tapi penafsiran maupun belief sistem terdahulu belum membayangkan hal tersebut. Saya yakin Nabi memahami hal itu, karena banyak dari pengikut Islam terutama aliran sufi yang percaya adanya reinkarnasi, itu bisa dilihat dari puisi2 Rumi, maupun tulisan2 Ibn el Arabi. Tetapi dalam pemahaman pengikutnya yang lain belum menjangkau itu.
Tapi maaf saya bukan pakar untuk menafsirkan ayat2, saya hanya bergerak dari pengalaman dan ilmu pengetahuan yang ada. Jadi jika saya memasukkan artikel tersebut adalah bagian dari pengetahuan bukan dari keyakinan. Mungkin untuk lebih memahami reinkarnasi ini dalam ayat2 Al Quran Anda bisa membaca buku2 karangan Achmad Chodjim seperti “Membangun surga”, “Islam esoteris” , Syekh siti Jenar, Rahasia sepuluh malam dll.
Mungkin juga untuk memperluas pemahaman Anda dari segi ilmu pengetahuan , bisa baca juga artikel2 disini di kategori reinkarnasi.
Atau Anda ingin mengetahui apakah anda pernah lahir sebelumnya, Anda bisa melakukan regressi masa lampau dengan hypnosis, ada beberapa orang yang bisa melakukannya di jakarta ini.
Terima kasih
Salam kenal Mas Henky,
Ini artikel yang bagus sekali. Saya izin share ke fb.
Perbedaannya pemahaman saya dengan Anda tentang reinkarnasi adalah bahwa
* saya percaya proses evolusi alam semesta dan dengan dimensi pararelnya yang tak berhingga terjadi berdasarkan siklus yang terus-menerus (karena “Tuhan tidak pernah mengantuk dan tidak pernah tidur/istirahat mengurus makhluk-makhluknya”) secara tidak terbatas. Manusia, alien, jin (makhluk berpikir dari dimensi lain) menempati alam semesta sebagai proses pembelajaran dari ruhnya untuk mencapai kesempurnaan masing-masing.
Ada siklus roh yang memberi kesempatan setiap jiwa menempati alam semesta untuk mengalami reinkarnasi sampai dia mengalami kesempurnaan (ini adalah hak preogatif Tuhan akan siapa saja yang ia tentukan mengalami reinkarnasi, dan tidak semua mengalaminya, karena ada yang berhasil dalam satu kali hidup saja).
Ada siklus alam semesta, di mana alam semesta akan berakhir dan Tuhan akan memberikan ganjaran kepada roh yang berusaha keras untuk menuju kesempurnaannya ataupun mengkhianati hakikatnya.
Setelah kehancuran besar, alam semesta terjadi lagi dan roh-roh yang baru akan menempatinya kembali. Ini terjadi berulang-ulang dan serentak, hanya saja kita tidak dapat menyaksikannya secara bersamaan. Dengan kata lain sebenarnya surga dan neraka itu sudah ada. Dan hari Kiamat itu sudah pernah berkali-kali ada dengan berbagai macam variasi jalan cerita masing-masing.
Membayangkan gagasan ini saya hanya bisa bertakbir, betapa Maha Besarnya Allah, betapa kecilnya manusia yang sangat egosentris, dan bertapa angkuhnya Firaun yang memandang alam semesta hanya sebatas kekuasaan mutlaknya yang tidak lebih jauh dari batas sungai Nil.
Keberadaan kita saat ini hanyalah salah satu siklus kehidupan dari siklus-siklus alam semesta yang tak berhingga, “karena Tuhan yang Mahakekal dan tidak pernah beristirahat.”
Allah tidaklah menurunkan Kitab dan Rasul untuk meniadakan ajaran-ajaran sebelumnya. Allah berfirman telah mencukupkan agama islam sebagai panutan bagi jalan yang lurus untuk seluruh umat, bukan berarti islam agama “paling sempurna” ajarannya.
tiap-tiap Rasul telah mendapatkan pengajaran oleh Allah, dan telah dibekali pula dengan kitab suci. manusia yang terlalu egois dengan prinsipnya, manusia terlalu yakin dengan agamanya dan menganggap kepercayaan lain sebagai sesuatu yang salah jalan. ingat, Allah tidak menurunkan kitab dan Rasul untuk meniadakan ajaran-ajaran sebelumnya.
Manusia hanya perlu membuang jauh2 sikap egois diri dalam mencari jalanNya. prinsip saya: belajar dari yang baik yang saya temukan,
sesuai dengan tuntunan dan syariat agama.
masalah reinkarnasi? reinkarnasi memang tidak diajarkan secara eksplisit didalam ajaran islam, tetapi tidak menutup kemungkinan hal itu benar. tilik kembali Kitab-Kitab Suci sebelum al Quran.
Assalamu’alaikum …
Salam kenal mas Henky dan semua …
Orang Islam sebenarnya sudah mempraktekkan kepercayaan ini dalam kehidupannya sehari-hari… Antara lain doa untuk jenazah yang baru meninggal. Berikut petikannya :
” …… gantikanlah untuknya tempat tinggal yang lebih baik dari tempat tinggalnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya …. .”
Ada juga buku lain mengenai reinkarnasi dalam Islam, yaitu Sebuah Ijtihad, penulisnya H.E. Semedi pada tahun 1984.
Silakan download, ukuran filenya sekitar 4 Mb :
http://www.ziddu.com/download/15825625/SebuahIjtihad.pdf.html
Semoga bermanfaat
Wassalam
Assalamu ‘alaikum….Salam kenal Mas Hengky.
Coba Mas Hengky baca bukunya Argawi Kandito :”Menguak Tabir Kematian”, disitu dibahas perjalanan spiritual penulis mengenai alam sesudah kematian dan adanya reinkarnasi dalam kehidupan. Insyaallaoh bisa menjawab rekan2 semua terutama bagi yang mendalami tasawuf. Salam.
[…] Kiranya penjelasan saya tentang reinkarnasi pada hari ini saya sudahi sampai di sini. Penjelasan selanjutnya akan diberikan pada pertemuan di tempat yang sama minggu depan, tgl 31 Oktober 2004 tentang “Bentuk-bentuk Reinkarnasi dan Kesudahannya”. […]
Mungkin reingkarnasi emang bener ada… Allah Maha Kuasa, iya kan? Pun kalau Allah ingin menghidupkan kembali dalam wujud yang baru, bukankah itu hal yang mudah bagi Allah? Manusia itu tak tau apa apa kan? Manusia tidak secuilpun mengetahui apa yang telah menjadi rahasia dan misteri yang telah ditetapkan Allah. Tak terkecuali saya. ^_^
Membaca artikel ini pada alinia pertama saya jadi bertanya: Masa islam yang katanya wahyu dari langit kok ya menyerap kepercayaan lama pra islam tentang adanya surga, neraka, padang mahsyar, dan hari perhitungan dengan meniti jembatan setipis rambut dibelah tujuh,…lho?>???
jujur saya sesak nafas membacanya,pikiran saya bertanya” apakah semua ini benar terjadi dari masa ke masa,saya semakin ingin menjadi lebih baik dan berhati” menjalani hidup ini.terima kasih