Buku ini adalah merupakan bacaan wajib, yang menarik tentang anak-anak yang mengingat kehidupan sebelumnya. Apakah Anda adalah seorang yang percaya atau tidak, Anda akan terpesona oleh pertanyaan dan teknik investigasi yang dieksplorasi di sini. Pada tahun 1997 dan 1998 penulis Tom Shroder menemani peneliti terkenal, Dr Ian Stevenson, pada perjalanan ke India dan Libanon untuk mengamati metode Stevenson dan menjadi saksi untuk dirinya sendiri bagaimana untuk bisa percaya, atau tidak, tentang anak-anak dan anggota keluarga yang mengaku memiliki pengalaman kehidupan sebelumnya. Dirilis pada tahun 1999, Old Souls adalah dokumentasi perjalanan penelitian tentang reinkarnasi serta penelitian beberapa kasus dari Amerika Serikat. Sejak meninggalnya Dr Stevenson, buku ini telah berdiri sendiri sebagai salah satu dari beberapa referensi tentang reinkarnasi yang dengan mudah diakses dari karya-karyanya, dan sebuah review yang segar.
Reinkarnasi, tak diragukan lagi, adalah salah satu keyakinan yang paling bertahan lama dalam sejarah manusia, melintasi budaya dan agama. Telah menjadi, dalam arti lebih luas, sebuah ekspresi iman, dan akhirnya, memberi harapan terhadap ketakutan di depan kematian yang banyak tidak diketahui. Apakah ada bukti ilmiah di balik itu? Itu pasti adalah pertanyaan yang telah mengganggu setiap manusia di beberapa titik dalam hidup mereka. Banyaknya konsep mengenai apa yang terjadi setelah kita meninggalkan dunia, tetapi kebutuhan untuk memperoleh bukti ilmiah masih terus diteliti dan diusahakan. Orang-orang yang mengaku mengingat kehidupan lampau tidak sulit untuk ditemukan tetapi, di Barat, kita telah diajari untuk bersikap skeptis terhadap sebagian besar kasus-kasus seperti itu.
Hingga baru-baru ini, munculnya kelompok New Age yang menyerap pengetahuan dari agama timur, telah sekali lagi mendorong minat publik terhadap reinkarnasi. Persimpangan dari mitologi dengan “alat” psikologi dan psikiatri zaman modern menghasilkan semua perspektif baru yang dinyatakan dalam karya-karya populer dan akademik. Tidaklah mengherankan bahwa karya-karya penulis seperti Brian Weiss secara cepat menjadi best-seller, pas dengan sempurna dengan tren baru dan, secara bersamaan, mengisi ruang kosong yang ditinggalkan oleh kekecewaan progresif banyak orang terhadap tradisi Kristen. “Old Souls” sebenarnya dimulai di tengah-tengah lingkungan ini, dengan eksplorasi dari seorang penulis yang awalnya skeptis yang kemudian mendukung kebangkitan tersebut.
Peristiwa kehidupan lampau yang bisa dibangkitkan melalui hipnosis regresi tidak hanya menimbulkan kontroversi bukan karena munculnya kenangan dari subyek, tetapi terutama karena adanya keraguan yang melibatkan proses itu sendiri. Hipnosis, yang merupakan metode psikoanalisis sejak lama, masih menjadi perselisihan terhadap hasil yang diperoleh, yang dianggap bisa menghasilkan suatu persimpangan antara fakta-fakta nyata, kenangan imajinasi pasien dan harapan terapis itu sendiri, dan sering dianggap bisa mengutak-atik kebenaran. Dengan melihat lebih jauh tentang metode yang dipopulerkan secara luas dan kisah-kisah yang meragukan tentang reinkarnasi, Tom Shroder menemukan karya-karya Dr Ian Stevenson, psikiater dan mantan direktur Divisi Studi Kepribadian di University of Virginia.
Buku-buku dan artikelnya, hampir tidak dikenal di luar dunia akademis, Dr Ian Stevenson mengambil perspektif yang berbeda mengenai reinkarnasi dan kelangsungan hidup jiwa setelah kematian. Setelah hampir 40 tahun melakukan penelitian lapangan secara menyeluruh di berbagai negara di Asia dan Amerika, ia telah berhasil mengumpulkan cerita-cerita menarik tentang ratusan anak-anak yang menceritakan kehidupan lampau secara alami tanpa menggunakan hipnosis. Pendekatan ilmiah yang benar-benar serius dan situasi yang dilaporkan sangat memikat minat dari Tom Shroder, yang kemudian lebih dikatalis lagi oleh ulasan tentang karya Stevenson. Tom Shroder terkejut melihat bahwa para ilmuwan telah meneliti kemungkinan reinkarnasi dengan bukti fisik yang ada sekarang, dengan beberapa peneliti bahkan menyarankan fenomena psikologi lain seperti ekstra persepsi sensorik(ESP) untuk menjelaskan pengetahuan yang hampir tak mungkin diketahui oleh anak-anak kecil, bahkan ketika mereka mulai bisa berbicara. Fakta-fakta itu begitu kuat sehingga sangat sulit untuk menemukan penjelasan lain yang rasional berdasarkan ilmu pengetahuan saat ini.
Shroder berhasil meyakinkan Ian Stevenson untuk bisa menemani dia di salah satu kunjungan lapangan yang terakhir ke Libanon dan India. “Old Souls” adalah kumpulan kisah yang menarik dari perjalanan melintasi kedua negara yang sangat bergejolak itu, dari jalan-jalan rusak akibat perang di Beirut ke jalur padat di Delhi. Melalui perjalanan tersebut kita dapat merasakan kesulitan dan, kadang-kadang, bahaya yang melekat pada kasus yang serius dan wajib ditindaklanjuti. Jauh dari kenyamanan laboratorium, kita menemukan sosok yang sangat tekun, dari seorang pria yang telah puluhan tahun melakukan pekerjaan investigasi ini dan masih memiliki dorongan semangat untuk melakukan perjalanan ke desa-desa terpencil, seringkali hanya untuk menambahkan beberapa detail data. Sebagai ilmuwan, Stevenson tahu betapa kerasnya menjelajahi ke daerah-daerah yang belum dijelajahi oleh pengetahuan manusia dan baginya bukti kuat adalah hal yang paling penting. Buku ini adalah bukti kuat pekerjaannya dan ketekunannya.
Di kalangan orang-orang Druze (sebuah komunitas keagamaan yang muncul dari cabang agama Islam yang menggabungkan, di antara banyak konsep lain, konsep reinkarnasi) di Libanon, atau orang Hindu di India, kami meneliti beberapa cerita tentang laki-laki dan perempuan dewasa yang pada masa kanak-kanak, dari tahap yang sangat awal, mengingat kehidupan yang berbeda dan seringkali sebuah kematian yang tragis. Kenangan itu adalah kenangan kehidupan rakyat biasa, bukan tokoh sejarah terkemuka, hanya warga negara biasa yang meninggal sebelum waktunya. Kadang-kadang cerita-cerita ini adalah cerita yang luar biasa dari anak-anak, yang berisi banyak detail dari kehidupan sebelumnya (nama, deskripsi akurat tentang tempat, benda-benda dan mengingat peristiwa dan percakapan yang sangat pribadi) yang lebih lanjut bisa dibuktikan dengan adanya tanda lahir di tubuh mereka (misalnya, seorang anak yang sebelumnya kepribadian dibunuh dengan tembakan di dada menunjukkan tanda lahir di tempat tersebut atau bahkan tekstur yang aneh). Dalam penelitian ini dilakukan pemilihan kasus yang dianggap lengkap secara data dan mencakup wawancara dengan anak-anak, keluarga mereka dan juga kerabat di kehidupan sebelumnya.
Tom Shroder, yang masih seorang reporter untuk The Washington Post, membuka dalam bukunya dengan menjelaskan bagaimana ia melakukan wawancara dengan Brian Weiss tentang buku pertamanya (Many Lives, Many Masters) dan karena keraguannya mengenai validitas dari ‘hanya satu cerita’ tersebut, ia kemudian mendengar tentang pekerjaan Ian Stevenson yang mendokumentasikan lebih dari 2.000 kasus. Ketika mendengar cerita tentang hal itu, Shroder tidak percaya dengan perbandingan apa yang dilihatnya – bahwa seseorang bisa menulis tentang satu kasus, dan mendapatkan di daftar buku terlaris dan membuat berita di seluruh dunia, sementara orang lain telah bekerja selama lebih dari empat puluh tahun, mendokumentasikan ribuan kasus, tetapi tak ada yang tahu tentang pekerjaannya.
Sebagian besar kesalahan Dr Stevenson adalah, karena ia menulis semata-mata untuk dunia akademis dan, dan berupaya untuk menjaga risetnya tetap serius, sehingga laporannya terlihat seperti laporan ilmiah kering, objektif dan tanpa hiasan perasaan yang dimiliki oleh wajarnya manusia, seperti emosi, respon atau keyakinannya sendiri tentang kasus ini seolah diabaikan. Penelitian ini tidak diragukan lagiĀ adalah penelitian ilmiah, tetapi sangat sedikit mendapat perhatian masyarakat. Shroder percaya bahwa ia mampu menambahkan elemen emosi manusia ke dalam cerita ini, yang awalnya Stevenson enggan untuk mengizinkan wartawan untuk menemaninya pada penelitian perjalanan ini.
Dan Shroder memberikan kembali unsur manusia dalam cerita ini. Shroder ikut menyaksikan dan berpartisipasi dalam wawancara dan melihat semuanya: perilaku dewasa yang sebelum waktunya, dan anak-anak kecil yang bertindak seperti orang dewasa, gadis kecil yang memanggil suami di kehidupan sebelumnya setiap hari dan kemudian patah hati dan marah ketika ia kembali menikah, dan anak-anak yang mengingat kematiannya dalam kecelakaan mobil dan mengetahui namanya dan rincian akurat dari kehidupan masa lalunya dan telah dikonfirmasi oleh keluarga dari kehidupan sebelumnya. Kisah-kisah dan emosi yang terlibat dituliskan didalamnya.
Apa yang sama menariknya adalah penyelidikan dari penulis di sepanjang jalan, saat ia berjuang untuk mengerti apa yang bisa memotivasi anak-anak ini dan keluarga mereka. Terus terang saja, kalau itu semua dibuat-buat atau sebuah fantasi, apa untungnya bagi mereka? Seorang anak perempuan telah ditampar oleh orang tuanya ketika dia berkata bahwa dia bukan anak mereka, namun ia tetap bersikeras – dan ada keluarga lain yang enggan untuk mengakui bahwa ada orang asing di depan pintu mereka yang mengaku sebagai anak mereka yang lahir kembali, namun mereka kemudian tidak dapat menolak klaim ini karena dia ternyata mengetahui banyak rincian rahasia keluarga yang hanya anak mereka yang tahu. Subjek lain enggan untuk melangkah maju karena komunitas mereka tidak percaya pada reinkarnasi dan mereka takut akan akibatnya. Bahkan keluarga-keluarga yang percaya pada kehidupan lampau umumnya tidak cepat bertindak pada kenangan dari anak tersebut sampai mereka mendengar sesuatu yang menarik dan dapat diverifikasi.
Kita harus membaca dengan rinci masing-masing kasus spesifik yang disebutkan di “Old Souls” ini, karena penelitian terhadap kasus-kasus tersebut adalah sangat rinci. Tom Shroder harus dipuji untuk kemampuannya membawa pembaca untuk memberi gambaran secara spesifik dan manusiawi, yang mengungkapkan evolusi dari ketidakpercayaan dirinya menuju hypothesa serius dari fenomena realitas ini, tanpa pernah kehilangan pikiran rasional dan jurnalistiknya. Para pemerhati dan orang yang skeptis akan menemukan bahan yang cerdas untuk memikirkan, tetapi jangan berharap untuk menemukan jawaban yang pasti seratus persen. Reinkarnasi memang masih dalam proses untuk menjadi realitas yang sudah terbukti, tapi buku ini mengingatkan kita bahwa dalam menghadapi fakta-fakta yang luar biasa kita harus, setidaknya, mengesampingkan prasangka kita dan membiarkan orang-orang pemberani seperti Dr. Ian Stevenson melakukan pekerjaan mereka tanpa adanya interfensi. Warisannya adalah sangat hidup di antara sesama ilmuwan dan pengagumnya, dan untuk waktu yang lama pasti akan diingat sebagai perintis yang berpengaruh pada kajian tentang reinkarnasi dan paranormal secara keseluruhan.
Terus terang membahas ttg kematian, kehidupan n danreinkarnasi saya menjadi merinding…..
Rasanya masih sangat jauh dalam benak saya untuk memikirkan hal-hal yang demikian…tapi saya percaya bahwa semua itu ada dan benar adanya….
Susan,
Sebenernya nggak perlu merinding sih, karena kita semua pasti akan menghadapi kematian atau kehilangan.
Makanya saya berusaha terus mencari pengetahuan ilmiah tentang hal tersebut, dan semakin banyak pengetahuan yg didapatkan, rasa takut itu akan menjadi semakin hilang.
Yang tersisa adalah penerimaan terhadap kehidupan ini, menjalaninya sebaik yang kita bisa jalankan, tidak perlu sibuk2 menghitung pahala dan dosa, tapi berusaha melakukan yg terbaik dari diri kita sendiri saat ini.
Saya tertarik dg hipnotis PLR yg sering anda ulas, beberapa keuntungannya yg positif yg jg saya baca dalam tulisan anda. Tapi, saya belum pernah tau bahwa PLR bisa menemukan kita dengan orang/kerabat yg telah meninggal. Apakah itu benar ?
Mbak Wati,
PLR adalah membuka memori bawah sadar kita bukan berhubungan dengan roh. Kalau untuk berhubungan dengan kerabat yang telah meninggal biasanya menggunakan medium psikis atau paranormal. PLR ini hanya membuka memori kita sendiri, yang dalam kehidupan sehari hari kita telah lupa. Disinilah biasanya memori dari kehidupan lampau kita bisa dibuka.
Saya pernah melihat tayangan karya Tom dan Ian ini di National Geographic +/- 4 tahun yl. Memang disitu diperlihatkan lokasi-lokasi dan rumah-rumah dimana anak2 itu pernah tinggal dan hidup sebelumnya, ada yg berjarak ratusan kilometer dari tempat anak itu skg hidup.
Khusus yg di Libanon itu, si anak2 itu merupakan korban perang saudara yg terjadi di Libanon beberapa puluh tahun sebelumnya; dan mereka lahir kembali di negeri yg sama tetapi di desa yg berbeda.
Dewasa ini, proses kelahiran kembali terasa lebih dipercepat, jadi tenggang waktu antara kematian fisik dari Roh yg sama utk lahir kembali hanya butuh waktu 1 – 3 tahun saja, dan kebanyakan dilahirkan kembali di kota yg sama pada keluarga yg lain.
Betul mas wirya, proses kelahiran kembali pada abad 20 ini semakin cepat, di buku Journey of souls juga dituliskan kalau masa sebelum masehi jarak kelahiran kembali itu sekitar 200-500 thn, kemudian setelah masehi itu sekitar 100-200 tahun, hingga 100 tahun terakhir ini jarak kelahiran kembali telah semakin pendek dibawah 50 tahun bahkan banyak yang langsung lahir kembali. Dan mereka cenderung dilahirkan kembali di tempat yang sama dengan sebelumnya tau di sekitar tempat tersebut. Inilah salah satu yang membuat saat ini banyak anak2 yang masih mengingat kehidupan lampaunya. Seperti dituliskan di buku tersebut.
To; Pak Henky
Entah knp sejak kecil saya sgt percaya dgn adanya reinkarnasi. Bahkan saya pernah tersugesti bhw anak perempuan saya yg skrg berumur 8 th adalah reinkarnasi dr tante saya (istri om).
Dan perasaan saya itu sgt kuat adanya, sampai wkt anak saya msh bayi saya pernah merasa agak sdikit takut.
Karena anak menujukan mimik muka yang agak sedikit menyeramkan buat saya pada saat sedang tidur, kira umurnya waktu itu 2-3 bln.
Apakah mmg bisa seperti itu ya Pak?
Trims Pak.
Mbak lusi,
Memang seperti itu, masyarakat jawa jaman dulu sangat percaya bahwa misalnya kakeknya atau kerabat yang telah meninggal akan menitis pada keluarga dekat seperti cucu atau keponakan. Mereka bisa melihat dari raut wajah/cara memandang yang mirip dengan almarhum. Ada rekan saya juga yang sangat percaya bahwa cucunya adalah reinkarnasi dari ibunya, karena ibunya dulu sebelum meninggal mengatakan bahwa ia mau ikut dengan anaknya tersebut. Dan ia melihat dari sorotan mata cucunya tersebut yang membuat ia yakin bahwa itu adalah ibunya yang terlahir kembali.
Tapi memang kelahiran kembali dalam keluarga dekat ini merupakan kasus yang agak jarang. Di amerika ada satu kasus dimana sang kakek lahir kembali sebagai cucunya dan telah didokumentasi oleh sebuah stasiun televisi. Kemudian di Inggris ada dua anak perempuan adik kakak yang meninggal akibat kecelakaan kemudian terlahir kembali sebagai adik kembarnya. Dan terlihat tanda lahir bekas dari kecelakaan sebelumnya.
mas Henky yg budiman, benar sgt jarang Roh yg sama bereinkarnasi di keluarga yg sama. Di kehidupan yg sama di periode saat ini.
Dalam bereinkarnasi ini, setiap Roh mungkin saja bermanifestasi pada posisi yg tidak selalu sama. Bisa saja kalau dulunya dlm posisi ayah, sekarang menjadi anak dari si m’sianya (yg dulunya ia sbg anak). Segalanya dimungkinkan karena ada karma2 yg harus diselesaikan antara yg satu dgn lainnya. Ini tentunya sgt kompleks sekali, dan saya juga kagum dgn mekanisme penentuan bhw Roh A kali ini hrs jadi siapa, dimana, kumpul dgn siapa, dan menyelesaikan karma2 nya terhadap siapa.
Juga ijinkan saya untuk memberikan koreksi pada istilah ‘menitis’, istilah menitis ini lebih tepat diberikan hanya kepada Roh2 yg telah mencapai High Level Being/HLB atau Level master/sempurna, seperti: para Dewa/Dewi, Ascended Master, ‘Malaikat’, dlsb. Itulah sebabnya kita mengenal istilah: titisan Dewa Wishnu, titisan Dewa rejeki, dll.
Terimakasih, salam damai dan sejahtera,
makasih mas Wirya masukkannya, memang istilah menitis itu banyak dipakai dalam pewayangan atau dalam budaya dewa2 hindu. Tetapi orang2 jawa jaman dahulu, orang2 tua di daerah asal saya lebih sering menyebutkan kata menitis untuk istilah umum reinkarnasi jadi mungkin mereka menganggap istilah nitis itu adalah reinkarnasi dalam pemahaman mereka.
Terima kasih
reinkarnasi diperlukan agar jiwa itu menjadi insan kamil atau insan yg sempurna, itulah gunanya ber islam secara benar (bukan kayak skrg yg terlalu banyak biasnya) agar supaya kita tdk perlu lagi mengalami reinkarnasi berkali-kali shg jiwa bisa naik pangkat menjadi roh pembimbing
Bung Henky: bagaimana kita dpt mengetahui diri kita termasuk Old Soul atau Young Soul?
Bung Kris,
Old soul disini sebenarnya dimaksudkan bahwa jiwa-jiwa anak2 yang lahir sesungguhnya bukanlah jiwa baru melainkan jiwa yang telah hidup sebelumnya/reinkarnasi. Jadi mereka menyebutnya old soul/jiwa tua. Kita semua sesungguhnya adalah old soul, karena memang kita telah hidup puluhan bahkan ratusan masa kehidupan.
Mungkin yang dimaksud adalah tingatan jiwa seperti jiwa pemula, jiwa berkembang/intemediate dan jiwa sangat berkembang/advanced soul. Pendefinisian ini sebenernya tergantung pada kita manusia untuk melihatnya. Dalam buku Journey of Souls, michael newton mendefinisikan tentang hal ini dalam tingkatan2 tersebut, tulisan ini bisa dilihat di artikel https://henkykuntarto.wordpress.com/2008/11/21/journey-of-souls/
Reinkarnasi adalah sebuah keniscayaan.
awalnya aku tidak yakin dengan reinkarnasi, apalagi suatu keyakinan dari agama lain, maklum dulu ngajinya sering didogma.
suatu ketika semester 1 saya ketemu dengan cewek, dari situ muncul sebuah pertanyaan, bahwa saya pernah ketemu dengan cewek tersebut, tetapi dimana? dari situ kemudian saya sering mengalami hal aneh, kadang bisa melihat masalah yang dihadapi teman saya, saya bisa melihat bahwa teman saya tidak lulus ujian mata pelajaran. bahkan kejadian-kejadian yang saya alami sekarang saya melihat seperti dilayar film. adakalanya saya melihat kejadian-kejadian masa lalu. ketika saya tolak faham reinkarnasi, saya semakin merasakan hal-hal aneh dalam kehidupan.
ketika ujian skripsi selesai (saya kuliah UIN Malang) saya tidak ikut wisuda, padahal saya renking dua dengan IP 3,5. lalu saya pulang ke banyuwangi dan pergi ke Alas purwo selama 1 tahun.
dari pengalaman lelaku itulah saya mendapat pemahaman yang sangat luar biasa sekali, bahkan suatu saat saya didatangi oleh seorang yang zadab dua orang lagi (kurang waras) dia berkata: bahwa pd kehidupan sekarang ini kamu dapat mencapai makrifat.
Allah telah memperlihatkan kepada saya tentang kehidupan pd masa lalu, masa sekarang ini dan kehidupan berikutnya, makanya saya saat ini telah mempersiapkan diri untuk menjadi yang berikutnya. karena kehidupan manusia akan datang ditentukan saat ini.
sampai sekarang saya juga ketemu bocah-bocah ajaib, yaitu reinkarnasi orang-orang yang dahulunya adalah pelaku spritual, kedua orang tuanya sempat bingung karena prilaku anaknya aneh, ketika saya jelaskan bahwa anak tersebut mempunyai kelebihan sendiri, akhirnya mereka bisa menerima dan memahami.
Saya juga pernah mengadakan ujicoba dengan cara menghipnotis teman-teman untuk melihat kehidupan masa lalunya, unik memang, karena mereka bisa melihat seperti layar film, dan mereka faham dengan dirinya, padahal nama dan wajahnya berbeda.
maka siapapun mereka percaya dan tidak percaya dengan reinkarnasi pasti akan mangalaminya.
Terima kasih sharingnya mas Banyu bening, pengalaman yang bagus sekali.
Memang pengalaman batin itu sering datang tidak terduga, yang membawa kita ke pemahaman baru tentang siapa diri kita. Setiap orang pasti akan mengalami, dan mencarinya meskipun dalam tingkatan2 yang berbeda atau hanya diberitahu sedikit-sedikit tergantung tingkat perkembangannya masing-masing. Jadi pengalamanlah yang sesungguhnya menjadi penggerak untuk memahami diri sesungguhnya, bukan sekedar ajaran yang kita terima dari orang lain.
Kehidupan ini sesungguhnya tersusun dari penggalan-penggalan waktu, masa depan, masa kini dan masa lalu terjadi sekaligus pada saat ini(now), sehingga sesungguhnya kita bisa melihat penggalan2 ini apabila kita peka menangkap gambar2 tersebut. Seperti mas katakan mirip layar film itu benar. Tapi masa depan yg kita lihat hanyalah satu penggalan dari banyak penggalan kemungkinan yang terjadi. Jadi mungkin saja yang kita lihat itu tidak kita alami jika kita memilih jalur yg berbeda. Disini adalah apa yg disebut alam semesta pararel dimana semua kemungkinan sudah diciptakan, tinggal kita memilih mana yang ingin kita alami. Dan kita kadang bisa melihat satu penggalan saja dari banyak penggalan kemungkinan. Jadi kita bisa menghindari apa yang kita lihat dimasa depan jika kita memilih jalan yang lain.
Saya awalnya tidak percaya dengan reinkarnasi karena itu saya anggap adalah ajaran agama lain. Tapi entah kenapa belakangan ini saya beranggapan mungkin saja reinkarnasi itu benar. Saya sendiri selalu melihat bayangan yang sama ketika seorang wanita jawa berkebaya duduk diatas sebuah delman,dibelakangnya sepertinya ada pembantu pribadinya yang menemani seolah sedang menikmati pemandangan kota siang hari itu. Tapi saya tidak.tahu dia siapa??Saya juga pernah bertemu dengan seorang pria ketika pertama kalinya sya merasa pernah kenal dia sebelumnya dan akhirnya sampai saat ini kita dekat.ketika saya melihat ada tanda lahir yang dia miliki hampir sama dengan yang saya miliki,kemudian ada perasaan dulu saya pernah mengenalnya disuatu budaya yang ada unsur etnis tionghoa. Entah kenapa dari kecil saya sangat tertarik dengan budaya etnis tionghoa,kemudian saya juga tertarik dengan segala hal yang berbau dengan.rumah tua belanda dengan langit langit rumah yang tinggi,lantai ubin yang besar dan bercorak,jendela kayu yang besar semuanya seperti mengingatkan tentang kenangan dimasa lampau yang saya rindukan.padahal saya tidak tahu dulu itu seperti apa,tapi sering muncul perasaan kerinduan tentang suasana,atau tentang sesuatu tapi saya tidak tahu apa itu. Mungkin bisa dibantu jelaskan bagaimana? Terimakasih